Bung Karno, seorang bapak bangsa, juga pelopor berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini pernah mempopulerkan sebuah istilah yang kemudian menjadi slogan pada masa-masa kepemimpinannya, istilah tersebut dikenal sebagai “Jasmerah,” kepanjangannya tidak lain adalah “jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Betapa pentingnya sejarah suatu bangsa sehingga bapak proklamator tersebut betul-betul menegaskan kepada rakyat bangsanya agar jangan sekali-kali melepaskan sejarah dari ingatan mereka.
Sejarah memang bisa dipergunakan sebagai alat politik untuk melanggengkan sebuah kekuasaan, sehingga tidaklah mengherankan jika rezim penguasa tertentu seringkali memonopoli penyusunan sejarah bangsanya dengan satu perspektif yang menguntungkan bagi kelanggengan kekuasaan politiknya. Namun demikian, sejarah tetap menjadi penting setidaknya agar kita dapat mengenal diri kita sendiri. Karena sesungguhnya hakekat dari mengungkapkan sejarah adalah untuk menengok peristiwa-peristiwa penting yang silam agar dapat dijadikan cerminan bagi perjalanan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, dan untuk menangkap hakekat tersebut dengan baik, maka diperlukan sedikit kerja keras untuk mempelajari dan mendalami sebuah konteks sejarah secara teliti dan objektif. Maka dengan demikian hikmah atau ibarat yang diinginkan dapat dipetik sebagai buah dari pohon yang bernama sejarah.
Dalam konteks organisasi yang bernama Persatuan Mahasiswa Indramayu (Permai-Ayu), agaknya sejarah menjadi bagian penting untuk diungkapkan dan bahkan dikaji
secara komprehensip, meskipun wadah organisasi ini baru berdiri beberapa tahun lalu saja. Sudah merupakan sebuah keniscayaan, proses berdiri dan berkembangnya sebuah organisasi untuk diketahui bahkan dicermati oleh para anggota organisasi tersebut, sehingga ada semacam benang merah yang tidak terputus dari generasi ke generasi dalam mengemban visi dan misi organisasi, meski tidak diharamkan terjadinya proses dialektika pada generasi tertentu yang kemudian menghasilkan keinginan mereguk perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam kaidah ilmu Ushul Fiqh disebutkan al-muhafadzatu ‘ala qodim as-shalih, wal akhdu bil jadid al-ashlah, yaitu memelihara tradisi lama yang baik dan mengadopsi sebuah tradisi baru yang lebih baik, paling tidak taget seperti itulah yang diharapkan dari pengetahuan kita terhadap sebuah pengungkapan sejarah ini.
Perlu dicermati, bahwa modal utama berdirinya Permai-Ayu adalah “kesadaran” yang muncul dari kalangan mahasiswa Indramayu yang sedang melaksanakan studi di beberapa perguruan tinggi di Jakarta. Keprihatinan dan keresahan melandasi munculnya kesadaran tersebut, yaitu kesadaran akan kiprah orang muda terdidik untuk kemajuan daerah sebagai tanah kelahirannya. Karena diakui atau tidak, Indramayu saat itu, atau mungkin sampai sekarang memiliki sumber daya alam yang luar biasa, namun miskin
sumber daya manusia. Hal itu, dapat tergambar, setidaknya kalau dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat, dimana Kabupaten Indramayu menduduki ranking terendah diantara kabupaten lain di Jawa Barat, belum lagi masalah rendahnya penghasilan rata-rata masyarakat yang mayoritasnya adalah petani. Hal tersebut diperparah lagi dengan tumbuhnya penyakit sosial masyarakat sebagai efek dari rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi masyarakat.
Keprihatinan dan kesadaran adalah dua kata kunci yang bisa disebut sebagai pemicu awal terbentuknya Permai-Ayu. Kenapa demikian, karena semangat tersebut nampak sekali pada awal perumusan konsep oganisasi ini, baik tampak dalam diskusi yang terjadi pada rapat-rapat dan pertemuan secara formal maupun dalam komunikasi informal sesama rekan mahasiswa Indramayu di Jakarta. Lahir, tumbuh dan berkembangnya organisasi Permai-Ayu semata-mata merupakan buah perjuangan murni para mahasiswa Indramayu di Jakarta, hanya dengan bermodalkan keprihatinan dan kesadaran mereka dapat mewujudkannya, karena memang tidak ada satu pihakpun dari luar yang mempunyai kepentingan untuk menyokong atau bahkan memaksa untuk mendirikan organisasi ini.
Selain keprihatinan dan kesadaran yang bisa dikatakan sebagai faktor internal pemicu berdirinya Permai-Ayu, beberapa faktor eksternal juga turut mendorong lahirnya organisasi kemahasiswaan ini. Diantaranya adalah pertanyaan-pertanyaan kritis yang datang dari organ-organ yang mewadahi para mahasiswa Indramayu di Yogyakarta, Bandung, dan wilayah lainnya yang telah eksis terlebih dahulu. Pertanyaan tersebut
tentunya terkait dengan sepinya kiprah para mahasiswa Indramayu yang studi di Jakarta. Sehingga akhirnya, pertanyaan-pertanyaan yang bernada kritik tersebut merasa perlu dijawab dengan sebuah action, yaitu membuktikan diri bahwa mahasiswa Indramayu di Jakarta mempunyai kepedulian terhadap perkembangan Kabupaten Indramayu.
Jawaban tersebut dibuktikan secara konkrit dengan pendirian sebuah wadah organisasi yang diharapkan dapat menjembatani kiprah para mahasiswa Indramayu di Jakarta bagi perkembangan daerah asalnya. Jadi, perlu dipahami disini bahwa ada keinginan yang serius dari para penggagas berdirinya wadah organisasi Permai-Ayu tersebut, dan semangat itu selayaknya harus tetap dipertahankan dan diperbaharui dari generasi ke generasi. Sehingga pengorbanan waktu, tenaga, bahkan materi tidak menjadi sia-sia apabila kiprah para mahasiswa Indramayu di Jakarta terhadap Kabupaten Indramayu khususnya, dan bangsa pada umumnya dapat terwujud melalui wadah yang telah susah payah didirikan ini.
Perlu diketahui pula bahwa proses pendirian Permai-Ayu tidak selalu berjalan dengan mulus. Berbagai persoalan banyak muncul dari sana-sini, diantaranya, munculnya sebuah wacana untuk menghidupkan kembali organisasi kemahasiswaan dan kekeluargaan Indramayu yang pernah ada yaitu Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu (IKMINDRA). Organisasi tersebut memang sudah berdiri sejak puluhan tahun sebelum Permai-Ayu berdiri, namun para mahasiswa di Jakarta khususnya di Ciputat waktu itu menganggap keberadaan IKMINDRA sudah tidak dapat dilacak lagi, baik keberadaan sekretariatnya maupun kepengurusannya, meskipun beberapa waktu kemudian pengurus
Permai-Ayu pertama berhasil menemukan jejak IKMINDRA yang hilang dalam kondisi kepengurusan yang tidak stabil. Walau begitu, semua proses tersebut dapat dikomunikasikan dan dilalui dengan baik sehingga sekecil mungkin ketegangan dapat dihindarkan. Dan akhirnya, Permai-Ayu tetap dapat berjalan tanpa berbenturan dengan IKMINDRA yang ternyata juga masih mempunyai agenda-agenda di kepengurusannya.
Niat mewujudkan organisasi kedaerahan untuk mewadahi kegiatan para mahasiswa Indramayu di Jakarta akhirnya dapat diwujudkan. Akhir tahun 2000, semangat kesadaran para mahasiswa Indramayu di Jakarta tersebut diwujudkan dengan usaha perumusan konsep-konsep dasar pendirian organisasi. Berkali-kali pertemuan dilaksanakan di masjid IAIN Jakarta (sekarang UIN Jakarta), dan kalau kita lihat sekarang lokasi masjid tersebut sudah berubah menjadi bangunan megah yang diperuntukkan sebagai Student Center UIN Jakarta. Lebih dari sepuluh orang mahasiswa dengan intens merumuskan persiapan-persiapan pendirian organisasi di tempat tersebut. Dan untuk mengkoordinasikan semua agenda pendirian organisasi ditunjuklah Sa’roni (mahasiswa IAIN Jakarta) sebagai koordinator persiapan deklarasi, sedangkan As’ad Syamsul Arifin (Mahasiswa UIN Jakarta) sebagai sekretarisnya. Selanjutnya para penggagas ini segera melakukan rapat-rapat persiapan deklarasi, salah satu diantaranya mempersiapkan Anggaran Daasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi yang meliputi nama, lambang, dan segala perangkat kelengkapan organisasi lainnya.
Beberapa usulan nama sempat muncul dalam perumusan yang memakan waktu cukup panjang, seperti SOMAD (Solidaritas Mahasiswa Dermayu), ISKANDAR (Ikatan Mahasiswa dan Keluarga Indramayu), HAMIM (Himpunan Mahasiswa Indramayu), SOMAI (Solidaritas Mahasiswa Indramayu), dan lain sebagainya. Namun akhirnya nama Permai-Ayu (Persatuan Mahasiswa Indramayu) dianggap mengakomodir kebanyakan usulan dari para mahasiswa Indramayu di Jakarta tersebut, sehingga dipakailah nama tersebut sebagai nama organisasi yang mewadahi para mahasiswa Indramayu di Jakarta sampai saat ini.
Selain nama, pembahasan mengenai logo yang akan dipakai sebagai lambang organisasi berlangsung cukup menarik. Beberapa orang mahasiswa dengan kretif mengajukan sejumlah logo disertai dasar-dasar filosofisnya. Ikon-ikon penting yang menjadi ciri khas Indramayu banyak bermunculan, seperti perahu, laut, mangga, padi, kijang, dan lain-lain. Akan tetapi akhirnya desain logo yang dirancang oleh Amiruddin (mahasiswa IAIN Jakarta) dengan sedikit penyempurnaan dipilih sebagai lambang organisasi Permai-Ayu sampai sekarang.
Dalam logo tersebut terhimpun simbol-simbol yang mencerminkan semangat pendirian Permai-Ayu. Dua buah garis melingkar yang membingkai merupakan simbol bahwa Permai-Ayu didirikan pada bulan kedua atau bulan Februari, sedangkan tujuh gelombang laut menunjukkan angka tujuh sebagai tanggal kelahiran Permai-Ayu. Hal tersebut karena memang Permai-Ayu secara definitif didirikan pada tanggal 7 Februari 2001 di Indramayu, tanggal tersebut diambil berdasarkan berkas deklarasi yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussalam, Sukalila, Jatibarang, Indramayu. Nota deklarasi tersebut ditanda tangani oleh beberapa orang penggagas yaitu, Mashadi, Ahmad Fauzan, Syaefullah, Sa’roni, Saeful Yamani, As’ad Syamsul Arifin, Sufyan Jauhari, Sholehuddin, Deddy Maqsudi, Malikah, Rukoyah, Sri Dahlia, Amiruddin, Fathurrahman, Sobrun, Imam Tamaim, Edi Diana (Alm), Wiwi Fasichah, Nanang Hasan Susanto, Ma’rufin, Yunan Hilmi, dan Nunung Nurhasanah. Namun demikian, masih banyak lagi para penggagas pendirian organisasi yang tidak terlibat dalam penandatanganan tersebut, hal itu tidak mengurangi dukungan dan keterlibatan mereka dalam perkembangan Permai-Ayu selanjutnya.
Simbol lain yang terkandung dalam logo Permai-Ayu adalah Perahu yang berarti sebuah wadah atau tempat yang menjadi alat untuk menempuh perjalanan menuju tujuan yang telah disepakati bersama. Perahu tersebut bertengger diatas gelombang yang menyiratkan bahwa Permai-Ayu harus siap menghadapi aral yang melintang dalam perjuangan mewujudkan cita-cita organisasi. Simbol bahwa organisasi Permai-Ayu adalah organisasi mahasiswa ditampilkan dengan sebuah buku yang terbuka, hal ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa Indramayu harus dapat mengelaborasi fenomena-fenomena sosial masyarakat dengan fikiran cerdas dan ilmiah agar dapat menunjukkan jati diri kemahasiswaannya.
Dalam AD/ART Permai-Ayu disebutkan bahwa organisasi yang berkedudukan di Jakarta ini menjadikan Pancasila sebagai asas organisasi. Hal tersebut mempunyai alasan yang kuat, mengingat dalam perumusan AD/ART para mahasiswa Indramayu berargumentasi bahwa Pancasila memuat dasar-dasar ketuhanan, kemasyarakatan, kesatuan, dan sebagainya, sehingga Pancasila dianggap pantas sebagai asas dari organisasi primordial yang tidak melupakan nasionalisme ini. Kemudian AD/ART juga menegaskan bahwa Permai-Ayu mempunyai sifat independen dan dilandasi dengan nilai-nilai ketuhanan, kekeluargaan, kependidikan, dan kemasyarakatan. Kenapa demikian, karena Permai-Ayu adalah organisasi kemahasiswaan yang masih memegang kuat idealisme serta sikap kritis, sehingga harus tetap menjaga jarak terhadap kepentingan-kepentingan politik praktis maupun kepentingan pragmatis lainnya.
Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah tujuan dan fungsi dari Permai-Ayu yang juga dituangkan dalam AD/ART organisasi, disitu disebutkan bahwa tujuan berdirinya Permai-Ayu adalah agar terbentuknya pribadi yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berwawasan luas, berfikir ilmiah, dan bertanggung jawab. Tujuan tersebut kemudian harus teraplikasi secara praktis dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh kepengurusan Permai-Ayu. Dan disebutkan pula bahwa fungsi dari didirikannya Permai-Ayu adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa Indramayu khususnya yang berada di wilayah ibu kota Jakarta maupun masyarakat Indramayu pada umumnya, sebagai sarana sosial advokasi dan pengabdian terhadap masyarakat Indramayu, dan sebagai sarana kontrol atas kebijakan Pemerintah Daerah Tingkat II Indramayu. Fungsi tersebut telah mencakup fungsi internal dan eksternal yang kemudian juga harus dapat diterjemahkan secara praktis dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan organisasi.
Dalam perjalanannya, Permai-Ayu sampai saat ini telah mengarungi tiga periode kepengurusan, dan periode sekarang adalah yang keempat dalam mengemban amanat kongres tahunan yang hakekatnya adalah amanat seluruh mahasiswa Indramayu di Jakarta. Dalam kurun tiga periode tersebut setidaknya usaha-usaha maksimal dari tiap kepengurusan telah membuahkan hasil meskipun berbagai kekurangan masih ditemukan pada beberapa sisi. Periode pertama (tahun 2001-2002) yang dinahkodai oleh Imam Tamaim setidaknya telah berhasil mensosialisasikan Permai-Ayu ke berbagai perguruan tinggi di Jakarta. Walhasil, di akhir masa kepengurusan periode awal telah terjaring lebih banyak lagi mahasiswa Indramayu di Jakarta yang berasal dari non IAIN Jakarta, karena memang waktu itu Permai-Ayu masih berkutat di sekitar IAIN Jakarta saja.
Kepengurusan periode awal juga berusaha mensosialisasikan Permai-Ayu kepada pemerintah daerah Indramayu dan berhasil melakukan audiensi dengan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu H. Irianto Irsyam MS Syafiuddin. Pihak pemerintah daerah menanggapi berdirinya Permai-Ayu sebagai hal yang positif dan pemerintah berjanji akan membantu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Permai-Ayu. Selain itu, kepengurusan Permai-Ayu periode awal telah berusaha mencari sekretariat yang kondusif, tetapi upaya yang maksimal belum membuahkan hasil optimal. Ketua umum beserta pengurus yang lain berupaya mengumpulkan dana untuk menyewa sebuah rumah di Jalan Nurul Huda, Kampung Utan, Ciputat, karena memang waktu itu belum ada subsidi dari pihak manapun. Kurang lebih sepuluh orang rela mengumpulkan dana untuk mewujudkan sebuah sekretariat. Lebih dari satu bulan kegiatan Permai-Ayu terpusat di sekretariat yang masih setengah jadi itu, karena masih dalam proses penyelesaian. Namun, kurang beruntung, sekretariat yang telah didapat terpaksa harus ditinggalkan karena ada kesepakatan yang tidak tercapai antara pengurus Permai-Ayu sebagai penyewa dan pemilik rumah.
Setelah itu, para pengurus sepakat untuk mengontrak sebuah kost-kostan kecil di Jalan Kertamukti 57, Pisangan Ciputat sebagai sekretariat. Walaupun dengan kondisi sekretariat yang kurang ideal, namun semangat para pengurus tidak pudar sedikitpun dan tetap giat menjalankan agenda-agenda organisasi yang telah direncanakan. Tentu saja tidak sedikit hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh kepengurusan Permai-Ayu periode awal, akan tetapi karena kekompakan dan kerjasama antar pengurus dan anggota Permai-Ayu akhirnya sampailah pada kongres Permai-Ayu selanjutnya yang meminta pertangung jawaban ketua umum sekaligus memilih ketua umum baru. Proses tersebut telah berjalan dengan baik dan akhirnya terpilihlah Sholehuddin sebagai ketua umum Permai-Ayui periode kedua (tahun 2002-2003).
Pada periode ini terdapat banyak kemajuan yang membawa Permai-Ayu lebih terkenal luas lagi, khususnya, kepengurusan yang diketuai Sholehuddin tersebut berhasil membuat gebrakan dengan mengadakan pagelaran budaya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta yang menghasilkan efek positif terhadap eksistensi Permai-Ayu di
mata mahasiswa Indramayu Se-Jakarta dan pemerintah daerah Indramayu, ditambah lagi, sisa dana dari kegiatan tersebut dapat dialokasikan untuk membeli seperangkat komputer yang sangat membantu kelancaran kegiatan organisasi. Hal lain yang menonjol sebagai prestasi dari kepengurusan periode Solehuddin adalah terbitnya Jurnal Theo-Futura, sebuah jurnal ilmiah yang menurut penilaian para aktifis organisasi kemahasiswaan lain merupakan sebuah sensasi yang menunjukkan kreatifitas mahasiswa Permai-Ayu. Terbitnya jurnal Theo-Futura tidak bisa dilepaskan dari peran Mashadi sebagai pimpinan redaksinya. Selain itu, upaya-upaya untuk mendapatkan subsidi bagi pengadaan sekretariat Permai-Ayu terus diupayakan, walaupun belum mencapai target optimal.
Setelah periode Sholehuddin selesai mengemban amanat kongres dan diakhiri dengan proses pertanggungjawaban yang berlangsung cukup alot, namun tidak sampai menyebabkan pertanggungjawabannya ditolak, Permai-Ayu memasuki babak baru, dimana Fathurrahman terpilih untuk mengomandani kepengurusan selanjutnya. Kenapa disebut babak baru, hal ini karena Permai-Ayu mulai memetik hasil dari upaya-upaya yang telah dilakukan kepengurusan sebelumnya, yaitu dengan mulai mengucurnya dana subsidi dari pemerintah daerah untuk pengadaan sekretariat, sehingga dengan demikian kepengurusan periode 2003-2004 ini dapat memanfaatkan dana tersebut untuk menyewa sebuah sekretariat yang lebih baik dan layak bagi kelancaran kegiatan-kegiatan organisasi, sekretariat yang terletak di Jalan Kertamukti 101, Pisangan, Ciputat tersebut dapat kita lihat dan nikmati bersama-sama.
Kepengurusan Fathurraman berhasil membawa Permai-Ayu bersaing bersama organisasi kemahasiswaan dari daerah lain, diantaranya tampil bersama Keluarga Mahasiswa Aceh, NTT, dan Minangkabau dalam Kuis Siapa Berani di stasiun televisi Indosiar. Hal ini, semakin menegaskan bahwa Permai-Ayu mampu sejajar dengan oranisasi-organisasi kedaerahan lainnya. Periode Kepengurusan Fathurrahman berakhir meninggalkan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh kepengurusan selanjutnya.
Kepengurusan berikutnya dipegang oleh indrawan Syukroni, dimana dalam kepengurusannya terus melanjutkan cita-cita yang belum terwujud diantaranya yang terpenting adalah pengadaan sekretariat permanen. Disamping itu kegiatan yang terwujud antara lain Bhakti sosial dan sunatan masal di desa bango dua, HUT permai di TMII dan lain-lain.
Waktupun terus berjalan sampai akhirnya kepengurusan dipegang oleh indrawan Syaefulloh. Rintanganpun semakin banyak diantaranya tidak cairnya dana sekretariat dari PEMDA yang pada gilirannya mengharuskan sekretariat hijrah untuk kesekian kalinya.
Upaya-upaya ke arah perbaikan harus dilakukan oleh kepengurusan Permai-Ayu saat ini, dan tentunya hal tersebut tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan kekompakan antara pengurus, anggota, dan para senior Permai-Ayu. Sense of belonging harus terus dikembangkan agar Permai-Ayu menjadi rumah yang nyaman bagi perkembangan kreatifitas mahasiswa Indramayu, dan pihak-pihak yang peduli dengan Indramayu.
Apa yang dikemukakan diatas adalah hanya sekelumit saja dari dinamika perjalanan Permai-Ayu dari mulai berdirinya sampai sekarang, tentu masih banyak lagi hal-hal yang mungkin belum terulas secara detil dan mendalam, ini menjadi tugas kita, terutama yang peduli terhadap eksistensi Permai-Ayu, untuk mengumpulkan kembali dokomen-dokumen penting yang sangat berarti bagi penyusunan sejarah perkembangan Permai-Ayu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar